Apa Itu Simit dan Tempatnya di Kuliner Jalanan Istanbul?
Simit adalah roti cincin khas Turki berlapis wijen yang ikonik di jalanan Istanbul. Temukan sejarah, cara buat, dan perannya sebagai camilan murah favorit warga lokal maupun turis. Kuliner autentik yang wajib dicoba!

Simit adalah jenis roti cincin khas Turki yang dilapisi biji wijen dan memiliki rasa gurih serta tekstur renyah di luar, lembut di dalam. Populer sebagai makanan jalanan di Istanbul, simit sering dijual oleh pedagang keliling dan menjadi simbol kuliner kota ini sejak berabad-abad lalu. Lezatnya simit membuatnya tak tergantikan dalam rutinitas harian warga Istanbul, baik untuk sarapan maupun camilan cepat.
Sejarah dan Asal-usul Simit
Simit memiliki sejarah panjang yang berasal dari Kekaisaran Ottoman pada abad ke-16. Dokumen Ottoman mencatat simit sebagai makanan murah untuk rakyat jelata, sering dibagikan gratis oleh pemerintah untuk meredam kelaparan. Di Istanbul, simit menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya jalanan, dengan pedagang yang membawa tiang kayu panjang penuh simit segar.
Asal nama: Dari kata Turki 'simit' yang berarti cincin atau lingkaran.
Pengaruh Bizantium: Mirip gevrek kuno dari era Bizantium.
Simbol sosial: Mewakili persatuan dan kehidupan sehari-hari di Istanbul.
Cara Pembuatan Simit Tradisional
Pembuatan simit mengikuti resep tradisional sederhana menggunakan tepung, air, ragi, garam, dan sirup pekmez (molase anggur) untuk lapisan mengkilap. Adonan difermentasi, dibentuk menjadi cincin, direbus sebentar dalam air pekmez, lalu digulingkan di biji wijen sebelum dipanggang di tungku kayu. Proses ini menghasilkan rasa manis-gurih yang khas.
Campur adonan dasar dan fermentasi 1-2 jam.
Rebus cincin adonan di larutan pekmez 30 detik.
Gulingkan di biji wijen putih tebal.
Panggang 15-20 menit hingga kecokelatan.
Peran Simit di Kuliner Jalanan Istanbul
Di Istanbul, simit mendominasi kuliner jalanan sebagai makanan paling murah dan mudah diakses, dijual Rp5.000-10.000 per buah. Pedagang simitçi berjalan kaki atau sepeda sambil berteriak 'Simit!' di sekitar Galata Bridge, Eminönü, atau Taksim Square. Simit sering dimakan dengan teh Turki atau peynir, menjadi pilihan sarapan buruh, pelajar, dan turis.
Lokasi ikonik: Jembatan Galata, di mana ribuan simit terjual harian.
Penyajian: Sendirian, dengan zaitun, atau simit poğaça (isi keju).
Festival: Hadir di acara seperti Istanbul Street Food Festival.
Variasi dan Popularitas Modern
Meski tradisional, simit kini punya variasi seperti simit isi cokelat, keju, atau bahkan vegan. Di kafe modern Istanbul, simit disajikan gourmet dengan alpukat atau selai. Popularitasnya meluas ke luar Turki, dengan komunitas diaspora membuka toko simit di Eropa dan Amerika. Di Istanbul, simit tetap juara dengan penjualan jutaan unit per hari.
Simit cokelat: Favorit anak muda.
Simit susam hitam: Varian mewah.
Ekspor budaya: Ikon di film Turki seperti 'Winter Sleep'.
Kesimpulan
Simit bukan sekadar roti, melainkan jiwa kuliner jalanan Istanbul yang menyatukan orang dari berbagai lapisan masyarakat. Kunjungi Istanbul dan cicipi simit segar dari pedagang keliling untuk pengalaman autentik. Makanan sederhana ini membuktikan bahwa rasa terbaik sering datang dari tradisi lama yang tetap relevan.